Pamanku Kesalahanku

Sekujur Tubuhnya Berlumuran Darah 



Sekujur Tubuhnya Berlumuran Darah 

0Dalam perjalanan ke taman kanak-kanak, Mo Yangyang dengan panik menelepon sekolah dan guru kelas Latiao.     
0

Tampaknya sambungan telepon TK selalu sibuk, tetapi panggilan ke guru kelasnya secara langsung juga tidak diangkat.      

Hal ini membuat Mo Yangyang semakin khawatir.      

Setelah mendengar berita dari pelanggannya, Mo Yangyang langsung berlari keluar bersama Xie Xize tanpa mengambil apapun dan meninggalkan semuanya yang ada di restoran.      

Meskipun wajah Xie Xize tetap tenang, tetapi dari caranya yang mengemudi dengan sangat kencang dan tangannya yang mencengkram kemudi dengan sangat erat, bisa terlihat bahwa dirinya juga sangat cemas.      

Walau begitu, Xie Xize terus saja menenangkan Mo Yangyang, "Jangan khawatir, mobil itu juga belum tentu menyerang kelas Latiao. Aku sudah mengatur pengawal di TK untuk melindunginya, jadi jika ada kecelakaan, mereka pasti akan meneleponku!"     

Xie Xize memberi Mo Yangyang ponsel dan memintanya untuk menelepon kedua pengawal itu, tetapi tidak ada yang menjawab.     

Mo Yangyang ingin bicara, tetapi karena ia sangat gugup, jadi dirinya tidak tahu hal yang ingin ditanyakannya!     

Dengan sangat cepat mereka tiba di TK, ponsel Xie Xize seketika berdering.      

Itu telepon dari dua pengawal yang dimintanya untuk melindungi Latiao.      

Mo Yangyang langsung mengangkat panggilan itu, juga menyalakan speaker.      

Pengawal itu bicara dengan sangat cepat dan terengah-engah, seperti baru saja melakukan beberapa olahraga berat. Suasana di sekitarnya juga terdengar sangat berisik.     

Pengawal itu berkata, "Doktor, hari ini terjadi kecelakaan di pintu masuk TK. Ada mobil yang mengemudi secara gila-gilaan. Mobil itu melukai dan membunuh banyak anak, juga mencelakai seorang guru. Kami sedang membantu anak-anak, jadi kami terlambat menelepon Anda. Anda tenang saja, tuan muda baik-baik saja!"     

Setelah mendengar itu, Mo Yangyang seketika merasa hatinya yang sedari tadi tegang kini sedikit lega.      

Xie Xize langsung bertanya, "Di mana kalian sekarang? Apakah kalian masih di TK?"     

"Tidak, kami di rumah sakit. Karena kecelakaan, jadi baru saja kelas tuan muda…"     

Xie Xize memotong, "Oke, aku akan segera ke sana!"     

Melalui telepon, Mo Yangyang mendengar tangisan yang menyayat hati dari seseorang. Pasti itu tangisan dari orang tua murid. Suaranya sangat menyayat hati.     

Baru saja hati Mo Yangyang terasa lega, tetapi tiba-tiba menegang kembali. Jika Latiao jadi korban, ia pasti akan merasa seperti keluarga itu.      

Lagi pula, keluarga mana yang tidak menganggap anaknya sebagai harta berharga?     

"Jangan takut, Latiao baik-baik saja."     

Mo Yangyang menutupi mata, "Terima kasih Tuhan!"     

Suaranya itu terdengar bergetar ketakutan.      

Xie Xize mengulurkan tangan, untuk menggenggam tangan Mo Yangyang!     

Saat tadi mendengar bahwa kecelakaan terjadi di kelas Latiao, hati Xie Xize bergetar kencang. Namun saat ini, mendengar Latiao baik-baik saja, ia hanya bisa bilang, 'Untung saja… untung saja….'     

******     

Di dalam rumah sakit, ada kerumunan orang, ada kekacauan di mana-mana, ada suara tangisan dan omelan yang tidak ada habisnya. Selain itu, juga ada banyak reporter media yang sedang merekam kegundahan ini.      

Xie Xize melingkarkan lengannya di bahu Mo Yangyang, lalu menuntunnya melewati kerumunan. Mereka berdua sangat ingin melihat Latiao secepatnya.      

Pada akhirnya, mereka menemukan dua pengawal. Mo Yangyang segera bertanya, "Mana Latiao?"     

Kedua pengawal itu segera mengantar mereka.     

Salah satu dari mereka berkata dengan suara rendah, "Hari ini, jika bukan karena tuan muda, akan ada lebih banyak korban yang terbunuh."     

Xie Xize berkata, "Nanti kita bicarakan lagi."     

Pengawal itu mengangguk.      

Setelah membuka pintu kamar pasien, suara tangisan anak-anak langsung masuk ke telinga Mo Yangyang. Hal pertama yang dilihat Mo Yangyang adalah Latiao sedang duduk tenang di tepi jendela, dengan keadaan sekujur tubuh berlumuran darah.      

Di ruangan itu, ada tujuh sampai delapan anak lain. Hampir semuanya menangis, dan ada ketakutan di mata anak-anak itu.     

Untungnya, semua anak ini tidak terluka.      

Mo Yangyang melihat Latiao bergegas mendekat dan memeluknya "Apakah kamu terluka? Beritahu mama."     

Latiao menggelengkan kepala, "Tidak, mama, aku tidak terluka… ini darah orang lain."     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.